Konferensi Asia Pacific Roundtable for Sustainable Consumption and Production (APRSCP) ke-10 di Yogyakarta
Senin, 14 November 2011 08:24:43 – oleh : marco002
Yogyakarta, 9 – 11 November 2011. Komitmen Indonesia untuk Pembangunan Berkelanjutan, terus mengadopsi dan menerapkan kebijakan ramah lingkungan. Dalam ajang bergengsi ini, Indonesia ingin berbagi pengalaman, misalnya inisiatif kebijakan terhadap industri hijau (melalui 3R, produksi bersih, dan efisiensi energi) dan kebijakan strategi pembangunan Indonesia yang rendah karbon.
Yogyakarta, 9 November 2011, Indonesia menjadi tuan rumah konferensi Asia Pacific Roundtable for Sustainable Consumption and Production (APRSCP) ke-10 di Yogyakarta pada tanggal 9-11 November 2011. Konferensi APRSCP ke-10 terselenggara atas kerjasama APRSCP, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dengan Co-Host InSWA (Indonesia Solid Waste Association), dan dukungaan UNEP (United Nations Environment Programme), UNIDO (United Nations Industrial Development Organization), IGES, EU SWITCH Asia, Kementerian Perindustrian, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, BPPT, serta berbagai pihak lainnya. Yogyakarta, yang merupakan daerah yang terkenal dengan ekonomi kreatif dan hal ini sesuai dengan tema konferensi, yaitu “Leading to Green Business ; From Local Initiative to Global Winner”. Konferensi ini akan diadakan di Hotel Sheraton Mustika, Yogyakarta yang melibatkan 125 narasumber dan dihadiri sekitar 300 peserta yang berasal dari 28 negara.
Sustainable Consumption and Production / SCP (Produksi dan Konsumsi Berkelanjutan) adalah salah satu sub-tema aksi mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan yang telah dicanangkan sejak Deklarasi Rio tahun 1992, dan selanjutnya dikuatkan dengan Johannesburg Plan of Implementation tahun 2002. Kemajuan penerapan SCP dan kerangka aksi global untuk masa datang akan ditinjau dalam Konferensi Rio+20 pada pertengahan tahun 2012 di Rio de Janeiro, Brasil.
”Sebagai elemen dalam paradigma pembangunan berkelanjutan, SCP dan Ekonomi Hijau harus dilakukan dalam konteks pembangunan yang pro-miskin, pro-job, pro-pertumbuhan dan pro-lingkungan. Hal ini sesuai dengan arahan Bapak Presiden Republik Indonesia. Oleh karena itu, ekonomi hijau harus diterjemahkan sebagai kebijakan inklusif yang bertujuan pada efisiensi sumber daya, pemberantasan kemiskinan, penciptaan pekerjaan yang layak, dan memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” demikian Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Prof. DR. Balthasar Kambuaya, MBA, mengatakan dalam sambutan pembukaan. “Indonesia percaya bahwa konsep Ekonomi Hijau harus mencakup esensi dari SCP dan harus merangkul berbagai pendekatan, seperti mengubah konsumsi dan produksi yang tidak berkelanjutan, bergaya hidup hijau, dan lain sebagainya”, lanjutnya.
Konsep Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan berfokus pada serangkaian upaya pengurangan dampak negatif lingkungan sepanjang daur hidup produk atau jasa, yang berkenaan dengan kegiatan masyarakat melakukan produksi dan konsumsi setiap hari. SCP dapat menjadi bagian penting dan memberikan solusi bagi aksi mitigasi dan adaptasi menghadapi Perubahan Iklim.
Sebagai bukti komitmen terhadap Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan, Indonesia bergabung dan berperan aktif dalam Asia Pacific Roundtable for Sustainable Consumption and Production (APRSCP), yaitu sebuah forum negara-negara Asia – Pasifik yang peduli dan menaruh perhatian terhadap berbagai aspek dalam pelaksanaan Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan. Forum tersebut menyelenggarakan pertemuan setiap 18 bulan sekali untuk membahas serta saling tukar pendapat dan informasi terhadap perkembangan pelaksanaan Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan yang terjadi di masing-masing negara.
Konferensi APRSCP ke-10 di Yogyakarta secara khusus akan meninjau kemajuan penerapan penerapan SCP di kawasan Asia Pasifik, memberikan rekomendasi kepada para pemimpin pemangku kepentingan untuk kerangka aksi berikutnya, khususnya bagi Konferensi Tingkat Tinggi Pembangunan Berkelanjutan (Rio+20) Tahun 2012. Konferensi ini akan menghasilkan Yogyakarta Declaration yang merupakan rumusan mengenai penerapan program konsumsi dan produksi berkelanjutan di negara-negara Asia-Pasifik, yang meliputi kebijakan, metodologi, instrumen penerapan (tools) hingga penerapannya di lapangan. Hasil konferensi ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam percepatan penerapan konsumsi dan produksi berkelanjutan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan.