MALANG – Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang milik Pemkot Malang benar-benar menjadi daya tarik investor asing. Sebelumnya, investor dari Jerman telah melakukan survey di TPA yang berlokasi di Kelurahan Mulyorejo, Kecamatan Sukun ini. Investor dari Prancis, Belanda, Kanada juga pernah berminat terhadap TPA ini.
Kemarin, dua perwakilan dari SCS Engineers yang berasal dari Amerika Serikat, David S Greene PE dan Brent L Dieleman selaku Project Professional juga melakukan peninjauan. Keduanya didampingi Dini Trisyanti selaku Deputy of Capacity Building and Technical Assistence, Indonesia Solid Waste Association (InSWA).
Mereka sangat memuji TPA Supit Urang ini. Menurutnya, TPA ini berbeda dengan TPA-TPA yang pernah dikunjunginya.‘’Yang pertama, secara perencanaan TPA Supit Urang ini sudah sangat maju dan memiliki pemikiran lebih kedepan. Yang kedua, inovasi di TPA ini sudah terlihat. Dan yang ketiga, sudah ada partnership atau kerja sama, yakni dengan masyarakat sekitar,’’ kata David S Greene PE kepada Malang Post.
Kedua orang ini juga melihat langsung penggunaan gas metan yang digunakan masyarakat sekitar TPA sebagai penganti bahan bakar gas. Perlu diketahui, sebanyak 408 rumah yang berada di sekitar TPA sudah memanfaatkan gas metan untuk keperluan sehari-hari. Gas metan ini disalurkan melalui pipa-pipa ke rumah-rumah yang terhubung dengan kompor gas.
Oleh masyarakat gas metan tidak hanya digunakan memasak di dapur sebagai keperluan sehari-hari saja, namun juga untuk usaha rumah tangga. Seperti yang ditinjau David S Greene PE dan Brent L Dieleman. Keduanya melihat langsung masyarakat yang memanfaatkan gas metan untuk tambal ban dan usaha bakso.
‘’Kami ingin hal-hal yang baru tentang TPA di Malang. Sebelumnya, kami pernah ke Jogjakarta dan Tangerang. Kali ini lihat di Malang ingin mempelajari lebih lanjut secara umum operasional TPA-nya dan lebih fokus ke gas metan,’’ kata David S Greene PE.
Menurut David S Greene PE, salah satu ide pemikiran, gas metan itu bisa digunakan untuk usaha masyarakat sekitar, seperti laundry. Pihaknya akan membantu berkomunikasi dengan jarak jauh.
Sementara itu Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang mengatakan potensi gas metan yang digunakan saat ini masih sekitar tiga persen saja. Meski hanya tiga persen, namun sudah bisa digunakan masyarakat sekitar sebanyak 408.
‘’Awalnya yang menggunakan gas metan 300 KK (kepala keluarga.Red). Setelah itu ditambah lagi 180 sehingga total yang menggunakan gas metan sekarang ini 408 KK. Respon masyarakat pun sangat bagus sehingga selalu, tanya kapan dipasang lagi. Masyarakat sekitar merasa diuntungkan dengan adanya TPA Supit Urang ini,’’ kata Wasto.
Menurut Wasto pula, saat ini sedang memprogramkan alat isian gas metan ke tabung gas. Meski masih dalam tahap eksperimen, nantinya bisa menjadi fungsi dari LPG. ‘’Sehingga tak hanya wilayah TPA Supit Urang saja yang bisa memanfaatkan gas metan, wilayah lain juga bisa memanfaatkannya. Jika berhasil gas metan ini akan diproduksi secara besar-besaran sesuai dengan kapasitasnya. Eksperimennya 3 kilo LPG bisa digunakan 30 kilometer untuk kendaraan bermotor. Seandainya berhasil, truk-truk DKP yang memuat sampah akan menggunakan gas metan,’’ katanya.(jon)
Sumber: Malang Pos